Pendakian Gn. Salak via Cidahu

Hai hai~

Bagaimana kabarnya sahabat Jaxson?
Jangan sampai kurang piknik ya!
Sebab hidup tanpa piknik, sama dengan makan tanpa lauk 😀
Di artikel perjalanan ini Jaxson akan menceritakan pendakian Gn. Salak via Cidahu-Sukabumi.
Sedikit Jaxson ulas prihal Gn. Salak ya.
Menurut warga sekitar nama salak berasal dari cerita lama yang sangat mistis; salak diambil dari makhluk goib berbentuk seperti salak sebesar rumah. Hitam, besar, dan menyeramkan. Disebut-sebut sebagai penunggu Gn. Salak.
Namun jika ditelaah lebih dalam, ternyata  nama Gn Salak berasal dari bahasa sansekerta yaitu Salaka yang berarti perak.
Secara geografi, Gn Salak terletak di wilayah Kabupaten Sukabumi dan Bogor, Jawa Barat. Ada 2 puncak di Gn Salak yaitu salak I (puncak Manik) 2.211 mdpl dan II 2.180 Mdpl. 
 
Banyak sekali cerita mistis yang dimiliki Gn. salak, dari mulai pramugari cantik gentayangan setelah tregedi Sukhoi terjatuh, tentang tempat singgah Prabu Siliwangi sebagai leluhur warga sekitar, dan klenik sesajen dan pesugihan yang masih kental ketika kita dengar nama Gn. Salak.
Dengan karekter hutan yang sangat lebat dan lembab, dan banyak tebing-tebing menjulang dan rawa-rawa yang subur, habitat yang mendiamin Gn Salak ialah macan tutul, owa jawa, kera, elang jawa, ribuan pacet (lintah), dan hewan hutan lainnya seperti kaki seribu, dan ulat bulu.
Dari ulasan di atas, saat ingin melakukan pendakian Gn Salak 17-19 Jun’16 Jaxson menjadikan hal-hal tentang Gn. Salak tersebut sebagai motivasi melawan sugesti dan pendewasaan metal.
Sebab bukan gunung yang harus ditaklukan, tapi rasa takut diri sendiri! *tesaaaaah 😀
Udah-udah, gausah tegang gitu bacanya sahaaaabat 🙂
Jeng jeeeeeeng…
Pendakian kali ini Jaxson lakukan bertiga. Ya.. Hanya bertiga.
Pukul 23.30 Jaxson, Hilda, Bahrun standby di Terminal Kp. Rambutan.
Tujuan pertama kami ialah Ciawi.
Kami baru dapat bus menuju Ciawi pukul  01.30, maklum saja cuaca saat itu hujan sangat deras.  Jadi bus yang lewatpun jarang -_-
Perjalanan ke Ciawi selama 1jam, lancar jaya sahabat.
Dari Ciawi perjalan kami lanjutkan naik angkot setan ((setaan)) menuju pertigaan Cicurug.
Disebut angkot setan sebab hanya beroperasi malam hari, dan gilak! Nyetir mobilnya kayak setan beneran. Gak pake rem kayaknya tuh sahabat.
Setibanya di pertigaan Cicurug kami lanjutkan dengan carter angkot ke basecamp lewat jalan raya Cidahu menempuh perjalanan sejauh 11 km.
Tepat waktu imsakiah 04.50 kami sampai di pos pendakian.
Taraaaaaaaaam
Sepi! Kagak ada orang -_-
Hanya ada kami beriga dan bulir-bulir hujan yang masih berjatuhan.
Kami berteduh di basecamp sampai hujan reda. Dingin banget sahabat. 
 
Hujan baru reda pukul 09.30, kami segera registrasi ke pos untuk dapat simaksi, kemudian pendakian dimulai dengan doa dan selfie 😀 ((jepreet))
Itu yang pakai topi namanya Bahrun, yang imut di tengah Hilda, dan yang satu lagi kalian pasti taulah yaaa.. Wehehe
Sebelum menuju gerbang pendaki kami disuguhkan pemandangan hutan pinus menghapit jalan aspal sejauh 1-2 km.
Masih berkabut, padahal sudah jam 10.00 x)
Langkah yang gagah dan keyakinan yang bulat, itulah modal kami meresapi gantengnya Gn. Salak.
Pagi yang berkabut menjadi selimut tubuh kami yang kedinginan. Yhaa sangat syahdu memang.
Haduuh hujan lagi, kami siapkan jas hujan dan melanjutkan perjalanan.
Setelah 30 menit berjalan, akhirnya kami sampai di gerbang pendaki Gn. Salak
 
Ngikkk.. (suara gesekan besi gerbang tua) gerbang yang masih tertutup kami buka perlahan. Horor geas sumpah! x)
 
Suara sungai deras seperti menyambut kami, mereka bersapa; “selamat datang!”
 
FYI nih sahabat di pos pendakian saat Jaxson registrasi, tidak ada nama team pendaki lain yang melakukan pendakian di hari itu.
 
Artinya hanya kami bertiga yang menerabas hutan Gn. Salak saat itu!
Peta dan kompas, P3K dan lain sebagainya bersemanyam rapih di carrier kami masing-masing. Dari kami bertiga, belum ada yang sudah mendaki Gn. Salak, yhaaa bisa dibilang kami melakukan ekpedisi mental dan pikiran kami masing-masing. Kami lakukan pendakian ini bermodalkan persiapan, perlengkapan dan pengalaman, kami memupuk keyakinan dan mental diiringi doa dan tekat melakukan pendakian Gn Salak. *ajaaaaaaaib
 
Check point pertama kami berdasarkan peta, yaitu simpang Bajuri, yang juga merupakan sumber air terakhir sepanjang  jalur pendakian berdasarkan informasi dari pos pendakian.
Simpang Bajuri ada pada HM 25
HM (hectometer) artinya berjarak 100meter per satu HM.
 
Jalur sepanjang menuju Sp. Bajuri cenderung landai sesekali menanjak, tersusun dari bebatuan alam dengan hutan yang lebat.
Diguyur hujan sepanjang perjalanan tidak mengendurkan tekad kami.
“Aduuuh!” Hilda teriak dari belakang.
Terjatuh karena batuan licin dan tajam, Pertolongan pertama kami berikan, syukurlah kaki Hilda masih bisa segera pulih dan melanjutkan pendakian.
Setelah melakukan pendakian selama 2jam akhirnya kami sampai di HM 23 untuk mengambil air, dan setelahnya di HM 25 sampailah kami di Sp Bajuri dataran yang lumayan luas.
Disebut simpang karena tempat persimpangan antara jalur menuju Kawah Ratu dan Puncak Manik (I) Gn. Salak. Ooohhhh gituu…
Hujan sudah mulai reda, perjalanan kami lanjutkan, target awal kami ialah sampai di puncak sebelum malam datang. Kami menghidari pendakian malam, untuk mengurangi resiko tersesat .
Setelah melewati Sp. Bajuri ada banyak jalur ekstrime yang kami temui. Ditambah seusai hujan, jalur terasa semakin buas. Arrgghhh~
Lumpur yang di dalamnya hidup ribuan lintah membuat kami harus menggunakan batang pohon agar bisa berpijak dan melintas. Berhati-hati dan keseimbangan yang baik spontan menjadi tuntutan untuk melewati jalur lumpur.
Yhaa setelah jalur lumpur terlewati, sekarang giliran batu besar, tajam, terjal dan licin yang harus kami lewati. Butuh
Bantuan webbing (tali kokoh) untuk bisa mendaki bebatuan licin yang besar.
Kemudian akar-akar besar juga tak mau luput ambil bagian dari medan yang kami lalui.  Ngeri banget yak . Hummmm
Tidak satu kali lumpur, atau sekali batu, juga sebuah akar yang harus kami lalui.
Lumpur, batu, akar, seperti tak ada habisnya mencumbu langkah kami!
Jalur nanjak terus. Ajaaaaaib!
Huft. Kami sepakat menjuluki Gn. Salak dengan julukan “siganteng Salak”
Ahahaha
FYI sahabat, dari Sp. Bajuri ke Puncak ialah HM 1 sampai 50.
Artinya dua kali lipat jauhnya dari pintu gerbang pendakian ke Sp Bajuri.
Dan jalurnya itu!
ya gitu.. 🙂
Okaaaaay~
Udah ya bahas jalur ekstrimnya.
Ada banyak cerita lucu dan kocak kami lalui joga kok, rambut Bahrun nyangkut ranting lah, yang kepeleset masuk lumpur juga ada; yaitu Jaxson (maluin diri sendiri). Ahahaha
Hilda juga kepeleset mulu. Wahahaha
Pukul 16.30. Kami baru sampai di HM 22 kami menemukan dataran disini, hati kami sangat senang , yha sebab sepanjang Sp. Bajuri start jam 12.00 tuh sampai di Hm 22, yang kami temui hanya lumpur, batu, tanah, akar yang nanjak gak abis-abis. Ketemu orang aja kagak!
Kami memutuskan untuk mendirikan tenda menghidari pendakian malam.
Wuuuhhh
Tenda berdiri kokoh.
Agenda berikutnya ialah terfavorit untuk Jaxson, yaituuuu masaaaaak 😀
Menu makan malam nanti ialah:
Nasi
Orak-arik sayur
Tempe Orek
Sarden
Sosis
Dan secangkir kopi..
*sedaaaap~
Karena lupa hanya bawa kompor satu dan gas pun terbatas, kami membuat kompor darurat dari potongan kaleng sarden dan spirtus. Ajaaaaaib
Kreatifitas memang selalu membawa kearifan, bisa kalian praktekan nih sahabat ntuk bikin kompor darurat.
Tumis, goreng, aduk, oseng….
Taraaaam saatnya makaaaaan
Kopi sama rokok aja ya yang Jaxson kasih liat, kalau menu makannya sudah keburu habis sebelum difoto, maklum kelaparan semua nih. Ahahaha
Hari mulai gelap, selesai makan kami istirahat sambil senda gurau dalam tenda, obrolan ngalor-ngidul tak habis kami bicarakan. Wahahaha
Lelah ketawa tanpa jeda, kami langsung terlelap tidur dalam malam yang sepi, sangat sunyi.. ZzZzzzzz
Grusak-grusuk jam 3 pagi Jaxson bangun,
Nyeduh kopi sambil nunggu rencana submit (muncak) jam 5 pagi.
Pas keluar tenda, nah luh masih gelap. Horor banget -_-
Akhirnya kami memutuskan muncak setelah matahari muncul aja.
Wakakakak
Pukul 06.30 matahari mulai muncul, kami bertiga mempersiapkan diri dan perbekalan secukupnya untuk muncak.
Jalur semakin terjal dan edhaaan.
Pemandangan semakin indah, kota Sukabumi terlihat jelas dari atas sini.
Anugeraah!
Menempuh perjalanan selama 2jam sampailah kami di HM 43.
Jalur ditutup karena longsor!
Duh! Tak ada jalan.
kami stuck sejenak sebelum akhirnya mencari jalan memutar ntuk tetap menuju puncak!
Perjalanan tetap dilanjutkan.
Akhirnya pukul 09.30 kami sampai di puncak Manik 2.211 mdpl setelah menempuh perjalanan kira-kira 9 jam.
Ceritanya di puncak mau ngopi dan makan-makan kece gitu, tapiiii masa 
Ngopi tapi gak bawa gelas, makan gak bawa piring, gak bawa sendok.
Ahaha
Jangan ditiru ya sahabat. Namun ndak habis akal, kami makan pakai sumpit dari ranting pohon yang tidak beracun dan minum dari potongan botol, piringnya pakai nesting. Wahaha
Di puncak itu ada makam mbah Salak, kami pun tak lupa berziarah ke makam mbah salak sebelum perjalanan turun 🙂
Terimakasih sahabat!
Semoga artikel perjalanan ini bisa jadi inspirasi dan berguna untuk kalian.
See you next trip 🙂
Jun 2016

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *