Tali mengikat ranting kering.
Menyambungkan angin menjeratkan dingin.
Aku menggigil diterpa badai, di guyur kencing awan hitam.
Kaki-kaki kecil tersangkut akar, tersungkur daun-daun kilat.
Disambar elang yang terbang sendirian.
Pisau tajam, menghujam diam-diam.
Diasah batu liar, di antara batang angus, di atas tanah tandus.
Tinggi pohon itu. Dipanjat tupai, ditumbuhi banyak benalu.
Habislah tubuhku.
Tenda dalam ransel teriak.
Tak tahan mendengar desis ototku yang beku.
Tulang-tulang kedinginan, membran kulitku pecah dihantam panah petir.
Di sinilah alam menjelma jadi Jahanam.
Tidak membakar, tapi mengakar sebagai penderitaan.
Api tenanga telah padam, bara stamina juga tak lagi tersedia.
Dalam hati berkata
“Jika mati memang harus hari ini, biarlah harapan berdiam di setapak punggung Gn Slamet”
Cakung
Aug’16