Bahagia Karena Luka Tertawa

Asal kau tahu, aku masih seperti kemarin. Sepi dan sendiri tetap menjadi teman yang paling sering membagi.

Teriakan pedihmu jelas terdengar di kepalaku. Saripati rindu dan malu rasanya begitu subur tumbuh dan membunuh, semuanya agar kau mengerti sebuah penjelasan yang hanya bisa dipahami setelah aku pergi.
Biarlah kita hanya menjadi cerita yang tertulis di bagian sempurna milik semesta.
Karena pikiran memang diciptakan tuk tidak selamanya mengingatkan, hanya itu dasar segala agar mampu kuterlepaskan.
Mimpi yang sempat kita gambar di wajah langitNya yang rupawan, masih akan tetap begitu dan selamanya akan begitu.
Manusia mana yang tak ingin bahagia?
Manusia mana yang tak pernah memaksa?
Manusia mana yang merasa tak sempurna?
Perhatikan langkahku, di lempengan bumi paling bawah kakiku berjalan sebelah.
Terengah napasku menuju buah rasa yang tak lepas dikelupas .
Akupun tahu kau lebih lebam dari aku. Aku bukan si tuli yang tak tahu diri.
Sayang, segara temukan cahayamu.
Jangan biarkan gelap menyesalkanku

menjadi buntu hati dan pikiranmu.

Bila dalam sebuah cinta memang ada bahagia, pasti luka juga yang membantunya tertawa.
Selamat tinggal sayang.
Lupakan aku yang memilih tuk bertaruh.
Berjudi membunuh sepi dan menemukan kebaikan yang pantas untuk kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *