Tunggu Saja

Mata yang memandang seperti jauh lebih luas dari biasanya.
Kepalan tangan sukar dibulatkan.
Senja di bulan ini sangat dicintai semua.
Hangatnya teh atau manisan kurma menjadi idaman segala.

Dua senja dilalui, tak ada hangat teh manis yang dihidangkan.
Dua senja menemani, manisnya kurma masih belum datang karena tak ada pesanan si pedagang.

Senja begitu dingin ditapaki sendirian.
Jalan Kali Malang menjadi saksi kesepian memanggil kehangatan yang ia dambakan.
Matanya mulai berlinang.
Rupanya  belum juga entas tubuhnya dari sepi yang menggenang.

Mengalir nikmat dari kerongkongannya yang kering.
Mengalir pula hujan di matanya yang mulai menguning.

Sendiri ialah kesepian.
Kesepian tak punya pilihan.
Sebab pilihan ditemani atau menemani tak bisa dilakukan sendirian.

Tolong sampaikan pesan pada ibu.
Rindu tak lagi mau disimpan dalam kotak nasihatnya.
Jika sudah seperti ini, mata pemuda mana yang mampu menebus sedihnya tanpa air mata.

Tolong sampaikan pesan pada ayah.
Kedinginan tak lagi mau lagi dipeluk oleh keringat kentalnya.
Jika sudah seperti ini, jangan salahkan kesepian menjadi selimutnya menyambut malam.

Jika memang hanya Tuhan yang berbaik hati mau menemani, maka tunggulah sebuah pintu memanggil dengan lantang agar kau segera pulang.

Tunggu saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *