Malam tak Bermuara

Aku dan malam ditemani parasmu
Aku menjadi anak manis duduk mendengarkan dendangmu.

Cerita demi cerita menjadi syair lagu yang syahdu,  aku yang merangkai kata, dan kau melantun dengan santun.

Sebab aku tak pandai menyanyi sayang.

Maka jadilah sebuah lagu yang sempurna tentang kita. Berjudul “Cinta Tanpa Jeda”

Senyummu terus mengalir, aku tak bosan karena di setiapnya ialah kebahagiaan tanpa hilir.

Pada rembulan yang malam itu sangat pantas tak terlihat, sebab cahayamu begitu merah nan mewah.

Untukmu kusimpan berjuta kebahagiaan yang kutitipkan dalam doa yang tertunda.

“Hai manis, bolehkah kucicipi pasta di piringmu”
(Kau suapi aku)
“lembut mayonasenya selembut parasmu ya” (kau tersenyum semanis-manisnya)-  ahhh~ Jelita

Anggun pula angin malam itu.
Sepahan dawaimu begitu merdu berdebar dalam hati yang berulangkali jatuh untukmu.

Lampu kota menjadi perhiasan yang jelas-jelas tak bisa kubandingkan kilaunya.
Karena sandaran dekapmu begitu hangat di pundakku.

Jika ada malam yang panjang, ialah malam itu; tak bermuara, enggan memisahkan kebersamaan kita.

Jakarta – 2016

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *