Dari waktu ke waktu, perubahan merenggut sisa-sisa kesadaran.
Ada yang mati karenanya, ada juga yang seperti hidup kembali.
Perubahan seperti ombak yang sebaiknya jangan kau lawan. Lebih baik mengamatinya, melihat pola, meramu garis untuk berselancar bebas di atasnya.
Pikiran yang penuh, didasari pemahaman-pemahaman yang membangun. Lapisan demi lapisan diri dikuliti!
Ada tubuh dan semestanya.
Ada jiwa yang selalu bingung.
Ada ruh yang tak sampai kurengkuh.
Memasak batin, nafsu dan pikiran.
Batinku kesepian, sangat dekat kesakitan.
Nafsuku hewan ternak, pikiranku binatang buas.
Halah! Betapa entahnya pemikiran yang matang di atas tubuh yang mager.
Haduuhh! Betapa riuhnya kesepian yang dingin dengan luka yang menganga.
Anjinngg! Dunia begitu luas, tapi ruangku begitu sempit.
Aku masih saja berkeliling di sekitar sana, masih mengawang-ngawang “ku dari mana” “Ku mau kemana”.
Sampai ombak perubahan itu datang, aku pasti mati duluan.
Digulung, dihempas, ditampar. Bertubi-tubi tubuhku disapu. Sampai kuyup hari ini kusadarikusadari bahwa:
Perubahan! Aku menyerah tapi tetap semangat. Aku tak mampu tapi masih baik baik saja.
Kau memang dahsyat, tapi aku lebih kuat.