Nastarku bu :)

Pagi terbangun dari malam yang mulai beranjak.

Matahari kemuning menggugahnya gagah.
Seorang anak lelaki diantar ibunya ke sekolah. Dimandikan, dipakaikan seragam, ikat pinggang setinggi perut dan topi serta tas punggung yang sudah diisi buku mata pelajaran sesuai jadwal.
Ibu mematikan kompornya sejenak.
Menunda masaknya, menutup semua jendela.
Mengeluarkan sepedah ontel milik ayah.
Membonceng anak lelaki, mengayuh perlahan menuju sekolahan.
Sawah dan kebun jangung mengiringi putaran roda sepedah. Burung pagi seliwiran sana sini. Sesekali hama tikus menyebrang pematang. Ibuku mengayuh sepedah nyaman.
Bendera berkibar tinggi. Di gerbang sekolah sudah ramai teman sebaya sekelas satu sekolah si anak lelaki.
Si anak lelaki lompat dari sepedah, cium tangan ibu kemudian berlari menuju kelas.
Ibu kembali kerumah, melanjutkan masak sop kesukaan si anak lelaki.
Membereskan pakaian ayah, menyiapkan tempat tidur siang dan meja belajar untuk si anak lekaki sepulang sekolah nanti.
Menyambut lebaran, dua minggu lagi.
Jam 10 pagi ibu belanja ke pasar. 
Toko besar di pinggir jalan membeli vanili, terigu, nanas, telor dan cengkeh sebagai bahan pokok membuat kue.
 
Sudah disiapkan secarik kertas berisi catatan bahan pokok lainnya untuk membuat beberapa jenis kueh. 
Kacang telur, telur gabus, putri salju, akar kelapa, wajik, dan yang utama ialah nastar yang menjadi kue favorit anak lelakinya yang sedang sekolah.
Ibu kembali kerumah, menyiapkan makan siang sebagai menu berbuka puasa setegah hari, si anak lelaki yang sebentar lagi pulang.
Sayur sop, ikan teri, nasi dan buah semangka kesukaan si anak lelaki.
Bel rumah berbunyi. Si anak lelaki pulang dari sekolah. cium tangan, cium pipi ibu.
Bau keringat si anak lelaki membuat ibu memerintahkannya mandi, setelah itu makan, lalu tidur siang.
Selesai melakukan semua perintah ibu, si anak lelaki tidur siang dengan nyenyak.
Ibu mulai meracik adonan kue nastar kesukaan anaknya.
Dua saset vanili, setengah kilo telur, dua kilo terigu, air secukupnya dan beberapa resep lainnya dibuatnya jadi kue nastar dalam cetakan berbentuk bunga lonjong bertahtakan nanas kemuning.
Menjelang magrib ayah pulang, santap buka puasa bersama menghangatkan suana dan dunia.
Keesokan hari kue nastar sudah matang.
Si anak lelaki selalu tak sabar menyantapnya.
Ibu selalu menyisihkan beberapa toples kue nastar ke dalam lemari, agar tak dihabiskan oleh si anak lelaki dalam satu hari.
Jun 2016 (2 Ramadhan 1437H)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *