Perenungan yang Sepi


Guratan kata melintas di atas kepala, benak, hasrat, pikiran, khayalan setelah terlalu dalam aku masuk kedalam perenungan.


Terlebih lagi jika di gapura perenungan yang kudatangi tertulis pampangan besar dibaca namamu.
Sudah kupatahkan langkah kaki, namun hati seperti mati penasaran.
Menggentanyangi sekujur raga.
Menakuti pergi agar dia tak terjadi.
Terperosoklah pikiranku ke perenungan tentang kamu. Dalam-dalam sampai ke pelosok.
Namun tak kutemui sepenghunipun.
Ingin kutanyakan, 
Kenapa perenungan ini tetang kamu?
Terangkan dengan awal karena!
Untuk apa? Haruskah? Mengapa? Bagaimana bisa? 
Jawab!
Tanya itu pupus karena kosong perenungan tak berkata.
Ya sudahlah. 
Mungkin memang kesepianlah yang kau julurkan ke ternggorokanku. 
Kau paksaku menelannya bulat-bulat.
Walau lambungku sudah habis mencerna duri yang kali itu sengaja kau sisipkan di segelas kopi yang kau hidangkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *