Sebuah acara yang mengusung konsep perayaan, dengan tujuan menjadi wadah literasi tumbuh dan dikenal sebagai kebutuhan penting bagi kebaikan berpikir dan kesadaran. Itulah yang ada di dalam pikiran saya setelah hadir dalam serangkaian acara di Festival Literasi Jakarta.
Menurut saya saat ini. Literasi adalah keteraturan cara berpikir yang didapat dari membaca, menulis, dan lain sebagainya yang bisa diaplikasikan dalam hal apapun. Jika dituangkan dalam karya, maka dapat dipahami semua orang dengan baik.
Saya yakin orang-orang yang terlibat dalam Festival Literasi Jakarta bukanlah manusia yang “kosong” Karena setiap orang punya tujuan dan ambisi yang berbeda-beda dalam kehadirannya di sana.
Hadir di Festival Literasi Jakarta , tidak seterusnya saya bertemu dengan hal-hal berat yang isinya diskusi kaku tema-tema antep dan serius. Walaupun literasi mengajarkan berpikir kritis dalam menentukan tujuan dan cara untuk mencapai tujuan tersebut, namun sesekali juga perlu bercanda jika dalam perjalan memperjuangkan hal yang diinginkan, ternyata tidak sesuai dengan rencana. Sisyphus mengajarkan saya menikmati proses dan kesakitan.
Salah satu yang saya temukan dalam nyawa literasi yaitu kontribusi besar oleh Baca Jakarta dalam serangkaian acara Festival Literasi Jakarta, dengan tema Bincang Literasi, dalam diskusinya menyadarkan saya bahwa daripada banyak pertimbangan dalam menulis, lebih baik banyak menulis dengan penuh pertimbangan literasi. Menulis dilakukan kapan saja oleh siapapun dari kegelisahan yang ada dalam pikiran. Tidak ada satuan pasti untuk mengukur kebermanfaatan yang dilahirkan tulisan, jadi menulis dan hiduplah dalam literasi!