Kegelisahanku
Bukanlah perasaan yang biasa.
Semakin rumit dan sempitkah mencintai?
Semakin keringkah dahaganya pada hati.
Terlalu banyak yang tersirat, diluar yang tertelan bulat-pekat.
Kutulis puisi ini untuk rumahku kelak.
Seorang yang mempunyai hati semampai.
Pasti rambutnya sangat lembut kubelai.
Peluknya nyaman.
Dari depan ataupun dari belakang.
Hangat tubuhnya pas, di kedinginan atau di ruang bercinta tanpa apa-apa.
Cinta:
Apa kau yakin, engkau pandai dalam bercinta?
Tunggu sebentar.
Aku belum selesai menggambarkan rumahku.
Matanya selalu berbicara tentang rindu.
Wajahnya selalu memalingkanku dari kelelahan.
Dan setiap tutur bahasanya, memaksaku terjebak dalam kata iya.
Iya; aku mencintaimu.
Cinta.
Aku tak pandai dalam bercinta.
Tapi cintaku selalu tahu yang kau mau.
Meski sendiri mulai jengah kulalui.
Aku yakin, keberangkatan hati bukan dari masalalu.
Kemauanku mencintai, jauh lebih dalam dari cinta yang sedang jatuh cinta.