Di terpejam, aku masuk ke dalam pikiran.
Hening, lebam kebiruan.
Disana ada sepi yang dingin.
Beku merintih di kesendirian.
Langit-langit hitam.
Gorong menuju ruang terjun.
Jauh tak berdasar, hanya merah. Hanya tanah.
Di ujung trowongan, hati mengering.
Seperti bekas sayatan tajam.
Disana juga dingin, pengap menahan kekecewaan.
Aku menyaring racun-racun rempah.
Menyuling cacian diri dari telinga sendiri.
Ada gempa! oh bukan. Ternyata sesak di dada.
Ternyata kekeringan.
Ternyata sepi itu elegi.
Ternyata terbakar
Ternyata tumbuh itu membunuh .
Ternyata peperangan
Memang tak pantas, mahkota di pakai oleh panglima.
Aku hanya prajurit.
Tubuhku hanya tahu maju paling depan, tanpa tahu bagaimana bisa agar aku menduduki mahkotamu.
Di ujung kecukupan hanya cakap di hias kesyukuran.
Cakung 1 Feb 2016