Bagaimana memulainya
Hujan deras di ujung batas harapan.
Airnya bukan lagi berwarna bening,
atau serasa asin karena asam di kandungan.
Tapi merah.
Merah darah pekat berbau amis mengguyur, melibas segala bagunan yang berpondasi harmonis.
Bagaimana memulainya
Aku bukan pahlawan.
Aku anak dari cucu Adam,
mengerti hidup di jaman edan.
Aku buas diajarkan, aku lemas dikecewakan.
Aku bukan dewa.
Aku bersujud kepada tuhan,
diajarkan ibu di balai kekanakan.
Dicambuk ayah semenjak keluar pintu sekolah.
Bagaimana memulainya
Kegagalan yang paling merangsang.
Mengentalkan mentalku.
Membekukan hatiku.
Meremuk, menusuk tulang belikatku.
Menerabas deras menembakan pilu peluru muslihatmu.
Kesedihan yang paling garang.
Memotong leherku.
Merobek-robek selimut tulangku.
Meledakan tubuhku.
Duaaaar.
Dalam sekejab aku pergi, aku hilang, dan aku lupakan.
Bagaimana memulainya
Kucoba susun bagian-bagian tubuhku yang berceceran.
Kucari telapak kaki,
Kupadatkan tulang keringku.
Ku aduk-aduk darah, daging, kulit, dengan wadah yang bernama semangat.
Bagaimana memulainya
Seperti adonan kubentuk semestaku.
Kaki, paha, perut, dada, pundak, sampai kepala.
Kukumpulkan organ demi organ.
Ku tandai mereka.
Kuletakan ditempatnya.
Tapi satu yang hilang, hatiku rasanya terlalu usang tuk dipasang.
2 Dec’15