Bukan Hanya Karena Materi

Kali ini dia benar-benar tak tahu harus merasa bangga atau kecewa pada dirinya.

Hidup memang tentang yang kita tahu.
Tentang yang kita mau dan kita perjuangkan.
Sampai kemudian kita capai hingga waktu tak lagi bisa digapai.

Sejauh mencari berdekatan dengan mencoba, mencicipi dirimu sendiri rasanya tak pantas membuat bangga.

Namun kecewa juga tak lantas menjadi alas.
Janganlah kau diam dan lebam karena keadaan yang mengundang hujan di hidupmu.

Jika hanya karena materi, kau tak mungkin mau berjalan bersama sejauh ini.

Berulang kalimat tadi berngiang di telaga fikiran yang selama ini tak kenal kelelahan.

Dahaga itu kembali dia rasakan.

Mau berontak, tak ada yang mengikat.
Mau melompat, belum mampu kakinya melonjak.
Mau menyerah, jantung rasanya belum payah.

Jangan pernah kau lupakan.
Usaha berada karena kemauan tak pernah berdiri di tempat yang tepat.

Dia hanya teringat pesan ibunya.
Hiduplah dengan baik, menerima apa yang ada kelak pasti akan terjadi.

Bijaksanalah seperti doa yang menunggu dikabulkan. Lakukanlah terus-menerus soal kebahagiaan.

Hweeeeeehh…

Baiklah!!
Dia mulai bosan menulis.
Rokoknya sudah habis.
Minuman jeruknya sudah tiris.
semoga di depan ada POM bensin.
Karena bahan bakarnya juga hampir habis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *