Mari kita rayakan kesusahan.
Kita hitung sisa kebahagiaan.
Aku dan waktu tak lagi berkawan.
Dia dan kenangan masih menjadi lawan.
Bukankah kematian memang selalu berjodoh dengan kita?
Lantas sudah sampai mana pendekatanmu pada Tuhan?
Masih gemarkah kau mengudap janji dari daun suara hati?
Masikah kau diam saja, sementara hening berteriak namamu?
Bukan soal matamu yang bulat, bertahtakan gula hitam pekat.
Atau wajah teduhmu yang sendu,
Membuat sipu jadi malu-malu.
Hanya sebuah larik yang tak begitu cantik. Memperhatikanmu dari sudut diamku.
Untukmu nona manis yang tak berani kusebutkan namanya.
Semoga kita jatuh dalam liang cinta sebelum kematian bertanya jodohnya.
Kemudian aku dan waktu kembali berkawan.
Dan Tuhan menyempatkan kita bahagia selamanya.
2 Responses
Senang sekali mengunjungi laman ini, diksimu baik kak, Daebak! ;))
Aduh~
Makasih sudah mampir.
Kak Tanti Fajrin :))