Di Celah Tidurku

Hai bangun nak!

Sudah siap rebusan labu untukmu. Segelas susu dan makan sahur juga sudah menunggumu di atas meja.
Tak ku gubris, kembali ku pejamkan mata.
“Jika hidupmu isinya hanya ngantuk dan diam saja, lebih baik kau tidur tanpa jeda”.
Kata itu datang membisiki lambungku.
Ku terbangun dan mulai meresapi dalam-dalam alunan bedug yang ditabuh-tabuh oleh warga sekitar kampung.
Sadar dari tidur, tapi masih diam saja di atas kasur. 
Sembari meretaskan sistem layu si kepala, mengentaskan tubuh dari lekatnya kelopak mata,
kubuka pintu kamar. 
Hanya kulkas dan kipas yang bersuara.
Ah tiba-tiba televisi mengagetkan.
Si komentator sepak bola teriak mengiri UEFA Euro . Sengaja kusetel otomatis sebagai alarm tuk melawan malasku.
Ku ambil sisa recehan di saku celana kerjaku.
Ku buka pintu depan rumah.
Betapa di celah tidurku; banyak kehidupan yang sangat syahdu memeluk malasku.
Rebusan labu, susu, dan lauk sahur hari ini. Ialah pesan yang tak pernah kulupakan. 
Tak ingin kulupakan. 
Tak bisa kulupakan.
“Jika hidupmu isinya hanya ngantuk dan diam saja, lebih baik kau tidur tanpa jeda”.
Buarab 2016

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *