Seperti bunga Edelwise
Bunga yang hanya tumbuh di tempat tinggi dan sepi.
Abadi juga alami dipantaskan di manapun.
Kau tak perlu berwajah cantik seperti Raisa, asal pipimu gempal dan kenyal itu sudah cukup membuat hatiku bergetar.
Bodimu tak perlu seaduhai Pevita Pearce
Ya, sedikit gemuk dan masih ada lekuk, aku rasa tubuhku takan bosan menjanjikan peluk.
Aku yakin kau bukan manusia yang cuek bebek seperti aku.
Kau akan memperhatikanku detail, dari tatanan rambut sampai aroma tubuh.
Jika aku terlalu wangi, kau akan mencubitku kesal. Seraya berkata “Ganjen banget sih”
Jika tubuhku bau, kau juga akan mendumal “Bau banget ih. Jorok!”
Isi kepalamu juga akan lebih rimbun dari aku.
Tindakanmu pastinya tak semberono seperti kebiasaanku.
Caramu berfikir juga pasti lebih cerdas dari bodohnya tingkahku lelaki ini.
Kau tekun dan telaten membereskan seragam kerjaku.
Dan kau juga wanita yang lebih luar biasa dari keistimewaan lelaki sederhana ini.
Kau hamba yang taat, ibadahmu tak pernah terlambat.
Apa lagi ya?
Kau pandai memijat, mengusap-usap rambutku ialah hoby keduamu.
Ya karena memasak ialah pasti yang pertama.
Kau senang dipeluk, atau ndusel-ndusel sedap di kolong ketiakku , dan kau selalu menyela
“Gombal!” setiap kata “Kamu cantik” keluar dari mulutku yang baru saja selesai mengecupmu.
Kau selalu membangunkanku dari tidur setiap pagi. Sepotong puding dan segelas kopi kau suguhkan di meja makan.
Dan yang paling aku suka ialah
setiap pagi kau melakukan semua dengan masih memakai G-string warna merah favoritku.