Kembalilah ke Atap Rumah yang Satu

Malam ini rembulan begitu sempurna.

Bintang bersinar sangat kuat.
Langit berwarna hitam pekat.
Angin-angin mengantarkan dingin lewat suara syahdu yang ditangkap telingaku.
Melihat kami yang berupaya melakukan kebaikan di sebuah kebalikan.
Mencerna keadaan dengan ulasan menemukan jalan keluar.
Menahan pedih juga sedih yang perlahan mulai mendidih.
Sudah tak lagi bisa dipahami, segala ini romantis atau egois.
Kami ialah keutuhan yang berbentuk potongan-potongan.
Keras kepala saling memisahkan.
Merasa sempurna karena menjadi bagian-bagian.
Menjauh agar terlihat sebagai pemenang yang matang.

Tak ada yang tahu. Sebab kami terlalu malu untuk mengaku, bahwa rindu telah megalahkan telak di setiap siku-siku jiwa yang mulai berkeluh pilu.
Kembalilah seperti dulu. 
Di tempat dimana aku dan kalian bisa saling berlagak tak tahu malu.
Berbaring di tempat tidur yang satu.
Di bawah atap rumah bertembok kayu.

Masih pahit betul memori dulu, di balik jendela, di bawah selimut katun kita saling memeluk dengan anggun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *