Kita, Luka dan Lupa

Kemudian sepi kembali mengetuk pintu kamarku.

Air mata menyambutnya dengan deras.
Hening membunuh suasana malam itu.
Sendirian meratapi mimpi yang pergi terlalu tinggi.
Terbang dijerat bayang-bayang di awang.
Kenyataanku angkuh menolak kegigihan harapan. Menyeka andil rasa dan upaya dengan tega.
Usaha berbuah manis, kini menjelma menjadi amis.
Berakhir dengan tangisan tanpa akhir.
Bermuara pada kita, luka, dan lupa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *