Menyimpan Perasaan

“Sair tanpa kegalisahan ialah bau busuk”

-VidiNurachman-

Aku rasa, inilah alasanku ndak pernah bisa menulis sebelum merenung.

Meyimpan Perasaan 
Lubang cinta terbentuk di hadapan pikiran.
Sangatlah dalam,
berharap waktu kan mengentaskannya dengan tepat, kelak.
Untukmu pemilik mata indah dan pikiran megah.
Pemenang kesaksian hati yang jatuhnya tak tahu diri.
Pelantun degup senja, mengejar kikuk karena terpacu terlau laju.
Iya, seribu macam rasa bisa sangat nyata di satu hati dalam satu waktu. Memang hanya aku.
Bintang pertemuan tanpa tanda.
Sebab cinta bukan legenda, meski dia buta.
Pertemuan yang kata Tuhan sudah digariskan. 
Pasangan yang Tuhan sudah disiapkan.
Kebahagiaan yang Tuhan juga akan tunjukan.
Semuanya berdampingan.
Si pemilik mata indah dan pikiran megah tak sekalipun memikat.
Dasar mata dan rasaku saja terikat lekat.
Ini begitu pekat.
Ini begitu pekat.
Ini begitu pekat.
Ini begitu pekat.
Ini begitu pekat.
Ini begitu pekat.
Ini begitu pekat.
Hati yang tak seberani kaki, ia sedingin salju.
Mata terpejam, selalu tahu tentang pengecut yang gemetar mundur teratur.
Biar diam segala perasaan, penalaran harus bebenah diri jadi berani.
Semoga kita kan selamanya sampai mati.
Tuhan juga berkata: “Kau tenang saja, sudah Kusimpan dia untuk kamu” :))
Buaran Agustus’16

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *