Aku melihatnya siang tadi, dia melakukan perjalanan pulang dengan sepedah motornya seperti biasa.
Tak kenal lelah melakukan kehidupan di atas kakinya sendiri. Menggantungkan cita-citanya di tiang tertinggi milik sang ilahi.
Sadarkah kalian, setiap melakukan perjalanan kita seringkali memikirkan banyak hal.
Dari mulai yang biasa dipikirkan sampai yang harusnya tidak terpikirkan.
Namun siang tadi aku melihat wajahnya sangat tidak biasa.
Di sepanjang jalan dia melipat wajahnya lebih dalam.
Sesekali berhenti memarkirkan kendaraannya kemudian terdiam.
Kemudian aku menghampirinya lebih dekat.
Aku bertanya :
S : Kau kenapa ?
W : aku mau tanya satu hal.
S : Apa?
W : Menurutmu orientasi hidup yang pantas
untuk lelaki seuisaku itu apa?
S : Usiamu berapa sekarang?
W : 23 tahun.
S : Menurutku…..
W : Stop! Sampaikan padaku lewat mimpi :).
Dia kembali menarik gas sepedah motornya dengan segera.
Aku tahu betul anak itu sejak dulu memiliki pemikiran dengan dunianya sendiri.
Kali ini entah apa lagi yang ia pikirkan.
Aku mendampinginya sejak ia masih berupa rahim sampai sekarang.
Aku tahu betul tabiat anak ini.
Lewat mimpi akan kusampaikan padanya.
Sudah waktunya ia mengganti orientasi hidupnya dengan sebuah kemapanan sebagaimana lelaki yang nantinya harus mampu diandalkan.
Kemapanan jasmani dan rohani yang akan membawanya ke dalam kebahagiaan dunia akhirat.
Jakarta
22 Mai 2015