Pernah Ayah Berkata

Selamat senja, sudah banyak matahari yang berganti, ayah tetap setia menggendong ku.

 Bagai setonggak besi  di tengah tanah lapang, ayah menjulang ke atas.Meski haus bertahan digrogoti karat menyengat kulitnya, ia tak pernah penat. Terus mengajak kami mejadi kuat. 

Ia tak penah lemah, terus menempa kami seperti busur panah.

Pernah ayah berkata.

“Lelaki harus kuat, lebih kuat dari kekuatan itu sendiri!
Lelaki harus lembut, lebih lembut dari kelembutan itu sendiri!”

Selamat malam, sudah bayak rintik air yang membasahi bumi Pertiwi.

Ayah masih tegak melebarkan punggungnya, merangkul kami agar kami tak kebasahan. Meski beberapa kali sambaran kilat menusuk tulang belikatnya, ayah tetap menjadi tempat terhangat untuk kami bisa berteduh.

Pernah ayah berkata.

“Lelaki harus berani, lebih berani dari keberanian itu sendiri!
Lelaki harus mengerti, lebih mengerti dari pengertian itu sendiri!”

Selamat pagi, sudah datang fajar merimbunkan embun semalam.

Kami bagaikan bunga kehidupan. Dengan lengan lembamnya ayah masih menata lambaian dedaunan, menyiramnya dengan air hangat, memberinya pupuk, merawatnya sampai tumbuh besar dan mekar. Sampai kami siap mengharumi setiap sudut pekarangan di rumah sederhananya.

Pernah ayah berkata.

“Lelaki harus berkembang, lebih pesat dari perkembangan itu sendiri!
Lelaki harus paham, lebih paham dari persoalan yang tak pernah bisa memahami!”

Selamat siang, terik matahari sudah datang lagi. Ayah masih kebasahan sebab hujan semalam.

Belum sempat bajunya diganti, ayah sudah berangkat lagi mencari asal datangnya matahari, tak peduli kulitnya menghitam atau wajahnya terbakar, ayah tetap beranjak setelah membuatkan kami sebuah sangkar.

Seperti burung elang, kami dibuatkan sangkar yang besar, agar terbang lebih tegar di celah bermacam bentuk awan.

Terimakasih ayah.

Tulisan yang dipersembahkan dari seorang anak laki-laki manja, untuk  ayahnya
12-Nov-2014

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *